JAKARTA - Nabi Muhammad menerangkan dengan jelas ciri-ciri orang yang meninggal dunia dalam kondisi baik husnul khatimah. Syekh Majdi Muhammad Asy-Syahawi dalam bukunya yang berjudul Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah menuliskan beberapa ciri-ciri itu, berikut di antaranyaMeninggal dunia akibat wabah penyakit Ciri ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah SAW, "Wabah penyakit adalah kematian syahid bagi setiap Muslim." HR BukhariMeninggal dunia dengan sakit perut Ciri ini diisyaratkan oleh hadits riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda, "Siapa meninggal dunia dengan perut sakit, berarti dia mati syahid HR MuslimMeninggal dunia karena tenggelam dan tertimpa reruntuhanKedua ciri ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah, "Orang yang mati syahid ada lima golongan Orang yang terkena wabah penyakit, orang yang sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah." HR BukhariMeninggal pada masa nifas, karena melahirkan, karena terbakar, dan penyakit tumorKetiga ciri ini diisyaratkan oleh hadits riwayat Jabir ibn Atik bahwa nabi bersabda, "Orang yang mati syahid ada tujuh golongan selain yang terbunuh di jalan Allah1. Orang yang terkena wabah penyakit, mati syahid2. Orang yang tewas tenggelam, mati syahid3. Orang yang tewas akibat tumor, mati syahid4. Orang yang tewas akibat sakit perut, mati syahid5. Orang yang tewas terbakat, mati syahid6. Orang yang tewas tertimpa reruntuhan, mati syahid7. Orang yang meninggal dunia dalam keadaan mengandung, juga mati syahid HR Imam MalikMeninggal dunia karena penyakit TBCCiri ini diisyaratkan oleh hadist riwayat Rasyid ibn Hubaisy bahwa Nabi bersabda, "Penyakit paru-paru TBC." maksud beliau adalah kematian syahid HR AhmadMeninggal dalam membela harta dari perampokan, membela agama dan diriKetiga isyarat ini diisyaratkan oleh hadits riwayat Said ibn Zaid bahwa Nabi bersabda, "Siapa terbunuhh karena membela hartanya, berarti dia mati syahid. Siapa terbunuh karena membela keluarganya berarti dia mati syahid. Siapa terbunuh karena membela agamanya berarti dia mati syahid. Dan siapa terbunuh karena membela dirinya berarti dia mati syahid." HR Ahmad. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
CiriCiri Orang Terkena Pelet Dan Cara Mengatasinya Master Eyang Combor 1. Sering terbangun dimalam hari lalu bingung, karena heran tidak mengenali tempatnya. 2. Timbulnya perasaan nafsu birahi atas bayangan seseorang yg selalu saja muncul . 3. Sering merasa pusing kepalanya di saat magrib, jam 22.00, dan pas bangun tidur 4. â Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam muâjam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni benci, lawan dari cinta. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang sangat kasih atau penyayang. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang Mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan. Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut âalmahabbah adalah merupakan hal keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya kemutlakkan Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah swtâ. Antara mahabbah dan maârifah ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa. Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt menggambarkan keadaan dekatnya seorang sufi dengan Tuhan. Perbedaannya mahabbah menggambarkan hubungan dengan bentuk cinta, sedangkan maârifah menggambarkan hubungan dalam bentuk pengetahuan dengan hati sanubari. Pengertian dan Mahabbah Yang Sesungguhnya Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya. Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi. Konsep al-hub cinta pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi wanita terkenal Rabiâatul Adawiyah 96 H â 185 H, menyempurnakan dan meningkatkan versi zuhud, al khauf war rajaâ dari tokoh sufi Hasan Al Basri. Cinta yang suci murni adalah lebih tinggi dan lebih sempurna daripada al khauf war rajaâ takut dan pengharapan, karena cinta yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa dari Allah kecuali ridha-Nya. Menurut Rabiâatul Adawiyah, al hub itu merupakan cetusan dari perasaan rindu dan pasrah kepada-Nya. Perasaan cinta yang menyelinap dalam lubuk hati Rabiâatul Adawiyah, menyebabkan dia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah SWT. Cinta Rabiâah kepada Allah SWT begitu memenuhi seluruh jiwanya, sehingga dia menolak seluruh tawaran untuk menikah. Dia mengatakan dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, karenanya siapa yang ingin menikahinya harus minta izin dahulu kepada-Nya. Pernah ditanyakan kepada Rabiâah, apakah engkau benci kepada syetan ? Dia menjawab, âTidak, cintaku kepada Allah tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku, untuk tempat rasa benci kepada syetan. Ditanyakan apakah dia cinta kepada Nabi Muhammad SAW? Dia menjawab, âSaya cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi cintaku kepada khalik memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk. Banyak sekali syair dan gubahan dari Rabiâah menggambarkan cintanya kepada Allah SWT. Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta mahabbah Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNyaâmenurut Qusyairiâdinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murkaghadlab. Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka bacakaum salaf sangat menekankan metode tafwĂŽdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah. Al Junaidi Al Baghdadi menyebutkan, mahabbah itu sebagai suatu kecenderungan hati, artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah SWT dan kepada segala sesuatu yang datang daripada- Nya tanpa usaha. Banyak sekali yang mendasari paham mahhabbah baik itu dari Al-Qurâan, hadis maupun dari sahabat dan ulama. Untuk itu mari kita perhatikan sebagai berikut âHai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang muâmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahuiâ Al Maidah 5 54. Firman Allah SWT, âKatakanlah, âJika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.â Ali Imran 3 31. Sabda Rasulullah SAW, Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, âBarangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak akan senang bertemu dengannyaâ Bukhari. Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi mahabbah kepada tiga tingkat Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya serta senantiasa memuji-Nya, Mahabbah orang siddik orang jujur, orang benar yaitu orang yang mengenal Allah tentang kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya. Mahabbah orang siddik ini dapat menghilangkan hijab, sehingga dia menjadi kasysyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah SWT. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah, Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog dan menyatu dengan kehendak Allah SWT. Setiap orang mengakui bahwa cinta itu sulit untuk digolongkan, namun hal itu tidak melelahkan seseorang untuk mencoba melakukannya. Klasifikasi mistik terhadap tingkatan akan cinta berbeda dari analisis cinta secara filosofis yang legal dan sekuler. Karena, para sufi secara konsisten menempatkan cinta dalam konteks psikologi mistik mereka dari keadaanâ ahwal dan makam, dengan penekanan pada cinta sebagai transenensi diri. Lebih-lebih, cinta dalam beragam bentuknya demikian penting, sehingga ia secara umum diakui sebagai, âtujuan tertinggi dari seluruh makam dan puncak tertinggi dari segala tingkatanâ Kiat Menggapai Mahabbah Allah Swt. Membaca Al-Qurâan dengan mencerna dan memahami kandungan dan maksudnya. Melakukan shalat sunnah peyerta shalat fardhu. Sebab hal ini menghantarkan kepada tingkatan mahbub tercinta setelah fase mahabbah kecintaan. Melanggengkan dzikrullah dalam segala kondisi; baik dengan lisan, hati ataupun tindakan. Maka ia akan mendapatkan mahabbah sebesar kadar dzikirnya. Lebih mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada cinta hawa nafsunya walau hal itu amat berat. Menghayati sifat dan asma Allah, meyakininya dan mengetahuinya. Lalu dia berkubang dalam ilmunya tersebut. Siapa saja yang mengetahui Allah; baik asma, sifat dan afâalNya maka Allah pasti mencintainya. Bersaksi dan mengakui kebaikan Allah, anugerah dan segala nikmatNya; baik yang jelas atau yang tersamar. Sungguh hal ini akan mendatangkan mahabbah kepadaNya. Yaitu sebab yang paling menakjubkan , yakni kekhusyuâan hati secara keseluruhan di hadapan Allah. Menyendiri dan menyepi -saat Allah turun ke langit bumi- untuk bermunajat kepadaNya, membaca kalamNya, menghadap sepenuh hati dan sopan dalam beribadah di hadapanNya. Kemudian diakhiri dengan istighfar dan taubat. Suka berkumpul dengan para pendamba mahabbah yang jujur, hingga dapat memetik ucapan baik mereka. Lalu menjadikan kita tidak berbicara kecuali dengan yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Menjauhi segala faktor yang menghalangi hati dengan Allah. Sebab, jika hati seseorang rusak maka ia tak akan dapat memetik manfaat dari kehidupan dunia dan akhiratnya. Mahabbah artinya cinta. Hal ini mengandung maksud cinta kepada Tuhan. Lebih luas lagi, bahwa âMahabbahâ memuat pengertian yaitu Memeluk dan mematuhi perintah Tuhan dan membenci sikap yang melawan pada Tuhan Berserah diri kepada Tuhan Mengosongkan perasaan di hati dari segala-galannya kecuali dari zat yang dikasihi Tentang âMahabbahâ dapat dapat dijumpai di dalam al-Qurâan antara lain Surat Ali Imran ayat 31 Artinya âKatakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosanmuâ Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayangâ Ali Imran, 31. Hadits âYang artinya hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan hingga aku cinta padanya. Orang yang kucintai menjadi telinga, mata dan tangan-Ku. */FB Pemuda Majelis Rasulullah Ciriciri orang yang terkena sihir mahabbah ini di antaranya rasa cinta yang menggebu-gebu di luar kewajaran terhadap seseorang atau terhadap pasangan hidupnya. Adanya keinginan yang sangat kuat untuk memperbanyak jima atau hubungan seks atau keinginan yang kuat untuk selalu onani atau masturbasi.